Kalau aku diam, orang akan mengatakan, ”Begitulah janda, tak bisa cari
uang setelah ditinggal mati suaminya.” Kalau aku tidak keluar rumah,
orang akan mengatakan, ”Selalu berkurung diri, pasti sudah kehilangan
akal setelah dicerai suami.” Kalau aku keluar rumah dan tentu saja aku
bersolek, orang berkata, ”Dasar janda, pasti keluar cari laki-laki,
jelas saja dicerai oleh suaminya.” Apa saja yang kulakukan selalu saja
salah di mata orang lain, terlebih para tetangga.
Namun aku tak
peduli lagi. Apa pun kata tetangga, aku akan keluar rumah dan mencari
uang untuk anak semata wayangku. Dia sudah SMP dan dia butuh biaya. Aku
harus menyekolahkannya setinggi mungkin, agar kelak hidupnya bahagia.
Ketika aku keluar rumah dalam
usiaku yang 37 tahun, banyak saja laki-laki iseng menggodaku. Mata
mereka membelalak melihat tubuhku, terutama belahan dadaku. Atau mungkin
perasaanku saja. Aku semakin sensitif setelah aku jadi janda. Tapi
salahkan aku, kalau aku membutuhkan laki juga? Aku adalah perempuan
normal dan kebutuhan seks-ku masih tinggi.
Aku sengaja tidak
menyewakan lagi kios di pasar. Dulunya aku berjualan di sana, kemudian
suamiku melarangku jualan, karena banyaknya laki-laki iseng menggodaku.
Akhirnya kuputuskan untuk tidak berjualan lagi. Setelah suamiku menggila
dengan perempuan lain, aku minta cerai dan aku ingin berjualan kembali.
Aku mulai membenahi kios tempatku berjualan. Aku berjualan garmen
(pakaian jadi). Aku mengikuti selera anak muda dan remaja yang suka pada
mode-mode pakaian terbaru.
Setelah membuka kios, aku
mendapatkan pelanggan. Seorang laki-laki berusia 19 tahun. Ganteng dan
entah kenapa aku begitu cepat tertarik kepadanya. Wajahnya begitu baby
face dan rapi. Aku mulai menggodanya. Aku lupa siapa diriku yang sudah
berusia 37 tahun. Ah, senyumnya begitu memikat. Ketika dia masuk ke
sebuah sudut yang hanya ditutupi oleh kain tirai untuk mencocokkan
celana jeans yang dia beli, aku mengikutinya. Aku yakin dia sudah
membuka celananya dan aku masuk ke dalam. Aku pura-pura terkejut. Dia
tersipu malu.
"Bagaimana, pas?" tanyaku.
"Kurang besar sedikit, Mbak," katanya.
"Apanya yang kurang besar? Mungkin ’anu’ nya yang kegedean?" tanyaku mengarah. Dia tersenyum.
"Pasti pacarmu puas pacaran denganmu," kataku.
"Kenapa, mbak?" tanyanya lagi.
"Habis,
besar dan panjang," kataku melirik kontolnya dan memekku sudah mulai
berdenyut-denyut. Yah, sudah tujuh bulan aku tidak merasakan ada kontol
yang masuk ke memek-ku lagi.
"Aku belum pernah punya pacar mbak. Apa mbak mau?" katanya merayu. Aku terkejut atas jawabannya yang to the point itu.
"Apa kamu sudah pintar?" kataku.
"Belum sih. Tapi mbak kan bisa mengajari aku nanti," katanya, seperti serius.
"Boleh juga," kataku pula to the point.
"Oh iya, nama tante Siapa?" tanyanya
"Nama Tante, Mia" jawabku
Hari
pertama buka, aku sudah banyak laku. Mungkin penataan pakaian yang
kuletakkan di kios berukuran 4 X 4 meter itu membuat para remaja
terpikat. Inilah saatnya, pikirku pula. Aku tak boleh melepaskan
kesempatan ini, bisik hatiku pula. Aku akan menjaga diriku tidak hamil
dengan meminum jamu peluntur yang ampuh, Rumput Fatimah yang manjur itu.
Denny,
begitu namanya dan katanya baru setahun lulus SMA dan tidak melanjutkan
kuliah, karena kalah ujian UMPTN dan akan akan mencoba lagi tahun
depan. Aku masuk ikut ke dalam kamar pas. Setelah pakaiannya pas, aku
tak melepaskan kesempatan itu. Aku langsung memeluknya dan mencium
bibirnya dan mengelus-elus kontolnya. Dia gelagapan membalas ciumanku.
Aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Dengan cepat kulepaskan
ciumanku, begitu mendengar ada mobil parkir di depan kiosku. Ah,
ternyata mobil orang yang mau belanja ke kios lain.
Denny keluar
dari kamar pas dan membayar celananya. Rasanya enggan aku menerimanya.
Tapi mana tahu dia tidak suka padaku, maka sia-sialah sebuah celana.
Kalau dia suka kepadaku, besok lusa, aku bisa memberinya lebih.
Kami
cerita-cerita di kios dan aku memesan segelas juice orange agar obrolan
sedikit lama dan aku bisa mengorek sedikit banyak tentang dirinya.
Akhirnya kami berjanji untuk pulang sama-sama. Aku cepat menutup kiosku
dan kami pulang naik bus. Di sebuah persimpangan kami turun dan memasuki
sebuah hotel
kecil yang bersih. Kami menyewa kamar yang termurah. Begitu pintu
kukunci, aku langsung menyerbunya dan menciumi kembali bibirnya dan
mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Tak kulupa kuelus-elus
kontolnya dari balik celananya. Begitu cepat kontolnya bangkit dan
berdiri. Denny harus mendapatkan kenikmatan yang pertama dariku. Dia
harus merasakan bagaimana nikmatnya bersetubuh dengan seorang perempuan.
Aku juga harus mendapatkan segalanya darinya.
Dengan cepat
kubuka pakaianya dan pakaianku juga. Tak kusia-siakan kesempatan itu.
Aku mulai beraksi dan menjilati sekujur tubuhnya yang atletis itu.
Langsung saja kuhisap kontolnya. Aku menyaksikannya menggelepar-gelepar,
seperti ikan yang tertangkap. Sebentar lagi dia akan sampai ke puncak
nikmat. Aku tak ingin menyia-nyiakannya. Dengan cepat lidahku bermain di
kepala dan batang kontolnya. Lalu aku merasakan spermanya keluar dari
batangnya. Terasa penuh rongga mulutku. Banyak sekali spermanya.
Gleeekkk... aku menelannya.
Yah, aku sendiri merasa heran,
kenapa itu aku lakukan, sementara kepada suamiku sendiri, aku tak pernah
melakukannya. Ternyata sperma itu, enak juga rasanya. Aku menjilati
sisa sperma di batang kontolnya dan kami rebahan dengan senyum yang
mengembang.
Dua jam lamanya kami istirahat di atas ranjang. Kami
ke kamar mandi untuk buang air kecil. Aku menyabuni kontolnya sampai
bersih. Dari kamar mandi ke ranjang, aku memeluknya. Aku sudah sangat
ingin kontolnya memasuki memekku. Di atas ranjang aku kembali
menciuminya. Aku minta dia mengisap-isap tetekku. Mulanya, dia agak kaku
mengisapnya. Aku yakin sekali kalau dia belum pernah mengisap tetek
pacarnya, apalagi bersetubuh dengan pacarnya. Berciuman saja dia masih
kaku, apa lagi bersetubuh. Dia belum tahu bagaimana caranya memuaskan
perempuan. Aku harus mendidiknya dalam beberapa kali lagi. Tapi kali
ini, aku ingin sekali kontolnya bisa memasuki lubang memekku.
Setelah
kontolnya mengeras, dengan cepat aku menaiki tubuhnya dan mengangkangi
kedua kakinya, lalu memasukkan kontolnya ke dalam memekku. Dengan cepat
aku menggoyangnya dari atas tubuhnya. Aku mencari-cari titik-titik
sensitif di dalam memekku. Begitu ketemu, aku memusatkan gerakanku
khusus untuk itu. Aku harus sampai ke puncak lebih dahulu. Benar saja.
Denny sudah kembali merasakan sensasi nikmat dari goyanganku. Sebentar
lagi dia akan sampai dan aku harus mendahuluinya jika tak ingin
kehilangan kenikmatan.
Kujilati lehernya dan tetekku
kugesek-gesekkan ke dadanya. Lidahnya yang dia julurkan aku isap-isap
dengan lembut, sementara tanganku mengelus-elus kepalanya. Laki-laki
mana yang tak senang kepalanya dielus-elus dengan lembut. Aku lebih
cepat lagi menggoyang dan menggoyang. Kutekan kuat-kuat, hingga
batangnya mentok di ujung paling dalam memekku. Aku memutar-mutar
pantatku hingga aku merasakan ujung kontolnya menggesek-gesek ujung
memekku yang terdalam. Dan... aku pun sampai ke puncak kenikmatan. Aku
memeluknya kuat sekali dan terus menekan lebih dalam lagi kontolnya ke
dalam memekku. Kugigit-gigit lehernya, membuat dia kelimpungan. Dan aku
merasakan semburan lahar panas dari dalam batang kontolnya. Denny sampai
ke puncaknya.
Sejak saat itu, kami selalu melakukan persetubuhan kami. Denny semakin hari, semakin pintar bersetubuh.
Aku
bukan haus seks namanya, kalau aku puas hanya dengan Denny. Setelah aku
muak dengannya, aku mencari mangsa lain. Paling setiap dua minggu
sekali aku memberinya sebuah celana jeans model terbaru. Makan atau
minum serta rokok sebungkus setiap kali kami pergi ke hotel. Untuk anak-anak pemula, biayanya tak perlu banyak. Yang penting rayuan kita dan pintar memujinya.
Terserah apa kata orang lain terhadapku. Aku butuh kontol dan seks. Aku butuh kenikmatan. Yag penting aku tidak hamil.
"Mau beli apa, Dik?" tanyaku kepada seoang pembeli yang berseragam SMP.
"Mau
beli sepatu untuk Basket, Tante." katanya sembari melihat-lihat contoh
sepatu yang kupajang. Seketika itu juga hatiku berkata. Alangkah
gantengnya anak ini, masih kecil sudah begini gantengnya, bagaimana
kalau sudah dewasa, bisik hatiku.
"Untuk anak ganteng seperti kamu, akan Tante berikan harga yang termurah." kataku merayu. Dia melirikku dengan senyumnya.
Ah,
hatiku bergetar. Apakah aku sudah gila, aku harus mencintai laki-laki
berusia 15 tahun, hanya dua tahun di atas usia anakku? Kudekati dia dan
aku bantu memilihkan sepatu yang cocok untuknya. Tingginya sebahuku. Aku
sengaja mendekatinya agar aku bisa mengukur tingginya. Namanya Andri.
"Kamu sendirian saja belanja? Kenapa enggak ditemani pacar?" kataku menggodanya.
"Belum punya pacar, tante." katanya malu-malu.
”Nanti kalau pakai sepatu baru, pasti ada perempuan yang suka kepadamu," kataku memuji.
"Siapa, Tante? Tante ya?" katanya dengan bijak, tapi matanya terus memilih sepatu.
"Kalau
iya, apa kamu mau sama tante. Tante kan sudah tua? Tapi namanya cinta
kan tidak membedakan umur, kan?" kataku pula bergenit-genit.
"Katanya
cinta itu buta kok, Tante," katanya pula sok pintar. Sewaktu dia mau
mengambil sepatu yang terletak agak di atas, aku sengaja membantunya
mengambilkan dari belakang. Sengaja kugesekkan tetekku ke punggungnya
dan menyentuhkan perutku ke pinggangnya. Ah, lagi-lagi memekku berdenyut
kencang.
"Ah, anak ganteng. Andaikan kamu pacar tante, akan
tante ajari kamu berciuman," kataku setengah berbisik, tapi aku sengaja
dia mendengar ucapanku. Aku lihat dia tersenyum, walau dia sengaja
menyembunyikan senyumnya.
Entah kenapa aku yakin sekali, mampu
memperoleh anak ini sebagai teman kencanku. Aku tak mau berkencan dengan
laki-laki tua yang egois. Aku mau anak muda yang bau kencur, manja dan
masih baru belajar. Aku bangga mengajarinya pintar soal seks. Dia harus
mendapatkan pelajaran seks pertama dariku. Itulah tekadku.
Aku
buka tali sepatu dan aku masukkan ke kakinya. Dia duduk di kursi dan aku
berjongkok di lantai. Dengan menunduk aku memperlihatkan buah dadaku
dan selangkangan pahaku kepadanya. Aku tahu dia mulai melirik ke
sela-sela pahaku dan sesekali matanya juga menatap tajam ke belahan
dadakui. Anak laki-laki sekarang memang cepat sekali mengetahui soal
seks. Apakah soal gizinya yang sudah cukup atau dia sudah mampu
mengakses internet, hingga sudah bisa mengetahui banyak hal tentang
seks? Entahlah. Aku tak perduli dan aku harus mendapatkannya.
"Kamu ganteng sekali, Andri. Mau ya jadi pacar tante?" kataku.
"Tante
enggak punya suami?" tanyanya sembari mengikat tali
sepatunya.Pertanyaan anak kecil kah ini? Atau pertanyaan orang dewasa.
"Tante sudah bercerai. Tante nggak mau dimadu, tante minta cerai," kataku bergenit-genit.
"Pacaran itu enak nggak, Tante?" tanyanya.
"Wah,
tentu enak. Kalau tidak, mana mungkin orang pacaran," kataku sembari
memasukkan satu lagi sepatu ke kakinya. Pembeli memang lagi sepi sore
itu.
"Kalau tante jadi pacarku, kita ciuman?" katanya bertanya.
Tapi tangannya terus membetuli sepatunya, seperti dia sedang bicara
sesuatu yang lain. Orang lain tidak akan tahu apa yang sedang kami
bicarakan.
"Tentu dong. Kalau kamu belum pernah ciuman, nanti tante ajari," kataku meyakinkannya.
Harga
sepatu sudah jadi. Harganya pas sesuai harga beli. Aku tidak beruntung
sedikitpun. Dia membayarnya dan menuliskan sesuatu di atas kertas.
Ternyata dia menulis nomor phone cell-nya. Aku tersenyum.
Sorenya aku iseng menekan tuts HP-ku ke nomornya dan mengirimkan SMS padanya. "Hallo, Sayang. I Love u," tulisku.
Tak
lama, SMS-ku terbalas. "I Love u 2" katanya. Dari SMS, dia mengatakan
akan datang ke kiosku sebelum aku tutup, dia mau menciumku dan memintaku
agar mengisap kontolnya seperti yang dia tonton di VCD porno.
Aku langsung menjawabnya, ”Ok, aku pasti menunggumu.”
Benar
saja. Ketika aku mau tutup, dia sudah berada di depanku dengan
pakaiannya yang lain dan sudah mandi bersih. Dia masuk ke dalam kios dan
duduk di sebuah sudut. Nekat juga anak ini, pikirku. Apakah dia serius
atau ini sebuah jebakan? Aku melihat ke sekitar, ternyata tak ada
tanda-tanda dia membawa orang lain. Cepat kututup pintu kios dan melihat
kondisi, meyakinkannya benar-benar aman. Setelah pintu kukunci, aku
mematikan lampu dan langsung menyerbunya. Kuciumi bibirnya dan aku
memeluknya sembari meraba-raba kontolnya. Aku merasa kontolnya sudah
tegang dan keras. Andri meremas-remas tetekku dari balik pakaianku.
Setelah puas meremas-remas tetekku dan tangannya dia masukkan ke dalam
bra-ku, dia memelukku.
"Aku berdiri yang tante," katanya.
"Untuk apa, Sayang?" sahutku.
Dia
tak menjawab pertanyaanku. Langsung saja dia berdiri dan aku masih
duduk di kursi pendek, dia keluarkankan kontolnya dan ia rahkan ke
mukaku. Cepat kutangkap kontolnya dan segera menghisap-hisap serta
menjilatinya penuh nafsu.Dia memegangi kepalaku saat aku memaju
mundurkan kontolnya di dalam mulutku.
Aku tak mau dia
mengeluarkan spermanya di dalam mulutku, karena aku butuh kontolnya
masuk ke dalam memekku. Jadi kubuka celana dalamku dan kuangkat rokku ke
atas.
"Kamu duduk di kursi, Sayang," pintaku. Setelah dia duduk,
aku menaikinya. Kedua telapak kakiku bertumpu ke sisi kursi dan aku
jongkok mengarahkan memekku ke kontolnya. Perlahan kontolnya memasuki
memekku yang sudah sangat basah. Aku segera menggoyangnya dan
memutar-mutar pantatku hingga kontolnya berada pada ujung memekku yang
paling dalam. Ternyata anak ini jauh lebih pintar dari Denny. Walau usia
Denny sudah 19 tahun, tapi Andri memang pemuda yang kelihatan banyak
menonton film porno. Dia memelukku kuat-kuat dengan gemas.
"Cepat,
Tante, Andri sudah mau keluar," bisiknya takut didengar orang dari luar
kios. Aku juga harus lebih dulu keluar dan mencapai puncak
kenikmatanku. Kuputar dan kugoyang pantatku semakin cepat sampai
akhirnya aku merasakan suatu getaran halus dari dalam diriku. Aku sampai
ke puncak nikmatku. Kutekan kuat-kuat tubuhku sampai Andri merasa
terbebani oleh tubuhku. Lalu dia juga menyemprotkan spermanya ke dalam
memekku. Kami berpelukan erat.
Andri seorang anak laki-laki yang
masih sangat remaja. Orang-orang selalu berkata, kalau bersetubuh dengan
anak remaja tingting, kita harus sabar dan harus pandai meuji-mujinya.
Pujian, adalah kesukaan mereka dan pujian adalah keinginan setiap
laki-laki remaja.
"Kapan lagi, Tante?" katanya sambil meremas-remas tetekku.
"Kapan saja, Sayang. Tapi kalau bisa, kita harus di hotel biar bebas," kataku. Dia menyanggupi.
Sejak
saat itu, kami mulai melakukannya, bukan di hotel saja, tapi lebih
sering di villa orangtua Andri. Ternyata Andri anak orang yang maha
kaya. Hampir setiap malam SMS-nya terkirim untukku. Kata-katanya sangat
mesra, layaknya dua remaja sedang bercinta. Inilah petaka buatku. Dalam
kekhilafanku, anakku membaca semua SMS itu, ketika tak sengaja HP-ku
tertinggal di rumah.
Begitu aku pulang dari kios, Anto, anakku, langsung memberondongku dengan sejuta pertanyaan. ”Siapa Andri itu?”
Darahku
langsung berdesir. Aku berusaha berbohong. Aku mengatakan kalau Andri
adalah pelangganku. Tapi Anto meminta aku jujur. Aku menekankan kalau
Andri adalah pelangganku. Tapi Anto menunjukkan selembar kertas, isi SMS
Andri kepadaku yang sudah dia salin kembali. Aku tertunduk tak bisa
menjawab.
"Malam ini Mama juga mau ngentot nggak sama Anto?"
katanya. Aku memberikan penjelasan, kalau dia masih SMP dan belum boleh
melakukannya. Lagian, dia juga anakku!
"Andri juga kan masih SMP, Ma?" katanya tegas.
”Tapi dia bukan anakku,” kataku tegas.
Anto
terus memaksa, dia mengancam akan menceritakan semua ini kepada
neneknya (ibuku). Dia memang sangat dekat dan dimanja oleh ibuku. Mati
aku, bisikku. Aku diam saja. Tetap berusaha menolak bersetubuh
dengannya.
Besoknya, Anto tidak pulang ke rumah. Kuhubungi
HP-nya, tidak aktif. Aku sangat kesal. Aku juga takut kalau-kalau Anto
pergi entah kemana. Aku hubungi teman-temannya, mereka juga mengatakan
tidak tahu Anto pergi kemana. Menurut salah seorang temannya, Anto sudah
membawa beberapa setel pakaian dalam ranselnya.
Aku menghubungi
ibuku. Beliau juga terkejut dan malah aku dimarahi kalau sampai cucunya
tak ditemukan. Aku mengatakan hanya terjadi pertengkaran kecil saja
dengan Anto. Aku berbohong kepada ibuku.
Esoknya aku tidak buka
kios dan aku ke sekolahnya, ternyata Anto tidak masuk sekolah. Dua hari
dia tidak masuk sekolah dan aku sudah kesusahan. Apakah dia pergi ke
rumah ayahnya? Kalau itu yang terjadi, aku bakal kehilangan dirinya
untuk selama-lamanya, apalagi kalau Anto sempat bercerita kepda ayahnya
tentang pacarku yang bernama Andri. Hak mengasuh anak akan jatuh ke
tangan suamiku.
Tidak ingin itu terjadi, segera aku kirimkan SMS
kepada Anto. "Sayang, pulanglah. Mama sangat rindu. Apa pun yang Anto
minta, akan mama kabulkan."
Dadaku berdetak keras menunggu
jawabannya. Aku berharap Anto mau pulang ke rumah, karena dia adalah
milikku satu-satunya. Tiba-tiba HP-ku bergetar. Segara kubuka. Dari
Anto. "OK, Sayang. Aku sedang menuju pulang," katanya.
Seeerrrr...
darahku terasa kembali mengalir. Cepat aku membenahi diriku. Aku tak
mau kelihatan kusut. Aku menunggu Anto. Detik-detik terasa sangat lambat
sekali dan membosankan. Bagaimana Anto yang sudah tiga hari tidak
bertemu denganku. Apakah dia sehat?
Kembali darahku berdesir
begitu melihat Anto sudah berada di ambang pintu rumah. Kusongsong dia
dan kupeluk tubuhnya dengan penuh kasih sayang. Dia cepat masuk ke dalam
rumah dan menutup pintu lalu menguncinya. Di seretnya aku ke dalam
kamarnya.
"Ada apa, Sayang?" kataku. Anto tak menjawab. Dia membuka semua pakaiannya dan bugil.
"Mama
buka juga," katanya seperti memerintah. Aku terkesima. Sampai akhirnya
Anto yang mendatangiku dan membuka semua pakaianku. "Sesuai janji dalam
SMS," katanya.
Aku terdiam pasrah, kubiarkan dia membuka
seluruh pakaianku sampai aku telanjang bulat. Kubiarkan dia melihat
seluruh tubuhku. Ingin rasanya aku mencekik dan membunuhnya karena dia
telah memperlakukan ibunya seperti ini. Tapi mana bisa, kehilangan dia
dua hari saja sudah membuat aku kelimpungan!
Anto memelukku dan
mengisap tetekku. Lalu dia meraba memekku dan memasukkan jarinya ke
celah-celah memekku. Mulanya aku biasa saja, tapi lama kelamaan aku
menjadi bergetar juga. Semua yang dia lakukan, persis seperti apa yang
dilakukan oleh Andri. Aku baru sadar, kalau dia sudah membaca semua SMS
Andri. Semua yang dilakukannya kepadaku, Andri tulis di dalam SMS yang
dia kirimkan. Anto mengikuti isi SMS Andri itu rupanya. Dasar aku
perempuan yang haus akan seks, rabaan Anto anakku itu membuatku birahi
juga pada akhirnya. Aku birahi dengan anak kandungku sendiri.
Didorongnya
aku ke ranjang. Lalu dikangkangkannya kedua pahaku dan ia mulia
menjilati lubang memekku dengan rakus. Lagi-lagi aku mengingat isi SMS
Andri padaku yang puas menjilati memekku. Aku jadi lupa kalau yang
sekarang sedang melakukan itu kepadaku adalah Anto, anakku sendiri. Aku
mengimbanginya dengan mengelus-elus kepalanya. Perutku sudah pula
dijilatinya dan kini mulutnya sudah menjilati dan menghisap-hisap lagi
tetekku. Aku menggelinjang. Anak yang hampir 13 tahun itu begitu rakus
dan begitu beraninya memperlakukan aku seperti kekasihnya sendiri.
Sambil
aku memberikan respon, aku bertanya kepadanya. "Apakah sebelumnya kamu
sudah pernah melakukan yang seperti ini, Sayang?" kataku.
"Sudah!" jawabnya singkat dan terus menjilati tetekku.
"Sama siapa, Sayang?" aku jadi gelisah dan resah sembari menikmati juga jilatan dan hisapannya.
"Sama Bibi," katanya. Ah, bajingan! Ternyata anakku sudah melakukannya dengan adik perempuanku yang juga baru saja bercerai.
"Dimana, Sayang?"
"Di rumah nenek."
"Kapan, Nak?"
"Bulan lalu,"
"Berapa kali, Nak?"
"Enam
kali," katanya tanpa ragu. Pantas Anto sudah ketagihan seks, karena dia
sudah merasakan nikmatnya seks dalam usia yang sangat muda sekali. Sama
seperti Andri yang sudah ketagihan seks denganku.
Kuraba kontol
Anto yang sudah mengeras. Dia sudah menindih tubuhku dan mencari-cari
lubang memekku. Aku menuntunnya dan memasukkan kontolnya ke lubangku.
Begitu cepatnya kontol itu memasuki lubangku dan Anto segera mengocoknya
lembut disana. Kontol Anto sama besarnya dengan kontol Andri.
Ketika
ujung pentilku digigit-gigitnya, aku menggelinjang. Aku mulai merasakan
nikmatnya. Kami berpelukan dan saling menggoyang. Anto jauh lebih
pintar dari Andri, apalagi jika dibandingkan dengan Denny yang sudah 19
tahun itu. Aku mengangkat kedua kakiku tinggi-tinggi agar kontol Anto
kebih leluasa keluar-masuk.
"Ma, mulai sekarang, mama nggak boleh
lagi sama Andri. Anto yang akan menggantikan Andri." katanya sembari
terus mengocokkan kontolnya ke memekku.
"Iya, Sayang," aku menyahut pendek.
"Daripada mama berikan dia celana, kan lebih bagus mama berikan kepada Anto, anak mama sendiri," katanya lagi.
"Iya, Mama janji, Sayang." kataku.
Kami
terus saling memuaskan dan saling menggoyang. Sejak saat itu, kami
terus melakukan persetubuhan dan aku tidak mau lagi menggoda laki-laki
lain yang merugikan usahaku.
Anto harus tetap menjadi milikku, bukan milik ayahnya. Lahir batin Anto adalah milikku.
- Back to Home »
- Dewasa , Karya tak di hargai »
- Mia : Akibat Gemar Burung Muda, Aku Disetubuhi Anakku
Posted by : Bank Jok
Minggu, 16 November 2014
Perhatian ! Blog ini berisi tentang cerita dewasa, cerita hot panas, cerita lucah, cerita 17Th berbahasa indonesia. Kami persembahkan khusus untuk pasangan suami istri. Mohon bagi yang belum cukup umur untuk tidak membaca blog ini tanpa dampingan dan bimbingan orangtua.
Materi blog ini kami ambil dari berbagai sumber baik media online maupun offline serta penuturan pribadi.
Biar tidak lupa alamat blog ini. Silahkan catat atau Bookmark Blog Ini!